PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN DITETAPKANNYA AMALAN HAMBA
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
حفظه الله عَنْ عَبْدِ
اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم
يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ
يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ
يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ
كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ،
فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى
مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu
‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah
ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau
bersabda, ”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan
ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian
menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat
diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk
menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau
bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan
benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan
amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal
sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan
ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang
dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya
dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu
ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”.
[Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh :
Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada-ul Khalq, Bab Dzikrul
Mala-ikah (no. 3208), kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3332. Lihat juga hadits no.
6594 dan 7454. Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al Qadar no. 2643. Imam
Abu Dawud no. 4708. Imam at-Tirmidzi no. 2138. Imam Ibnu Majah no. 76.
SYARAH (PENJELASAN) HADITS
Hadits ini mengandung beberapa
pelajaran berharga, sebagai berikut:
1.Tahapan Penciptaan Manusia.
Dalam hadits ini, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang awal penciptaan manusia di
dalam rahim seorang ibu, yang berawal dari nuthfah (bercampurnya sperma dengan
ovum), ‘alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah (segumpal daging).
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ
ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ
وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ
إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا
أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ
أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى
الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
“Hai manusia,
kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah” [al Hajj/22:5]
Dalam ayat
ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang tahapan penciptaan manusia
di dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang ragu
tentang dibangkitkannya manusia dari kuburnya dan ragu tentang dikumpulkannya
manusia di padang Mahsyar pada hari Kiamat, maka Allah memerintahkan untuk
mengingat dan melihat bagaimana seorang manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Dia mengembalikan manusia
(dari mati menjadi hidup kembali) lebih mudah daripada menciptakannya. Juga
firman-Nya:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ﴿١٢﴾ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِينٍ﴿١٣﴾ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ﴿١٤﴾ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ ﴿١٥﴾ثُمَّ
إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
Kiamat” [al Mu’minun/23:12-16].
Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyebutkan bahwa Adam -manusia pertama-diciptakan dari saripati tanah,
kemudian manusia-manusia sesudahnya diciptakan-Nya dari setetes air mani. Adapun
tahapan penciptaan manusia di dalam rahim adalah sebagai berikut:
Pertama. Allah menciptakan
manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu dengan ovum, Allah Ta’ala
berfirman:
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ
مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
“Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)” [as-Sajdah/32:8]
أَلَمْ نَخْلُقكُّم
مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ
“Bukankah Kami menciptakan kamu
dari air yang hina”. [al Mursalat/77:20].
خُلِقَ
مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ﴿٦﴾يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
“Dia diciptakan dari air yang
terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan”. [ath-Thariq/86: 6-7]. Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur
(ovum) di dalam rahim ini disebut dengan nuthfah.
Kedua : Kemudian setelah lewat 40 hari,
dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut
‘alaqah.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ
مِنْ عَلَقٍ
“Dia telah menciptakan manusia
dengan segumpal darah”. [al-Alaq/96:2].
Ketiga : Kemudian setelah
lewat 40 hari -atau 80 hari dari fase nuthfah– fase ‘alaqah beralih ke fase
mudhghah, yaitu segumpal daging. Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ
ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ
“Kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna”. [al Hajj/22:5].
ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. [al Mu’minun/23:14].
Keempat : Kemudian setelah
lewat 40 hari -atau 120 hari dari fase nuthfah- dari segumpal daging (mudhghah)
tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan daging yang bertulang, dan Dia
memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh padanya serta mencatat empat
kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau bahagia. Jadi, ditiupkannya
ruh kepada janin setelah ia berumur 120 hari.
2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada
janin ketika janin berusia 120 hari, terhitung sejak bertemunya sel sperma
dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin berusia empat bulan penuh,
masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku padanya. Karena
itu, wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa ‘iddah selama empat
bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang
meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan Allah,
sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ
الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu
tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk urusan tuhanku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit”. [al Isra`/17:85]
3. Wajibnya Beriman Kepada Qadar.
Hadits ini menunjukkan, bahwa Allah Subahanhu
wa Ta’ala telah mentakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim. Pada
hakikatnya, Allah telah mentakdirkan segala sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum
diciptakannya langit dan bumi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ
الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ
سَنَةٍ.
“Allah telah mencatat seluruh
takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”
Kemudian di alam rahim, Allah
Ta’ala pun memerintahkan malaikat untuk mencatat kembali empat kalimat, yaitu
rizki, ajal, amal, sengsara atau bahagia.
Rizki.
Allah Yang Maha Pemurah telah
menetapkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya, dan setiap makhluk tidak akan mati
apabila rizkinya belum sempurna. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ
فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.[Hud/11:6].
وَكَأَيِّنْ مِنْ
دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak binatang yang
tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki
kepadanya juga kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
[al-Ankabut/29:60].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ
حَتَّى تَسْتَوْفِي رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللهَ
وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ.
“Wahai manusia, bertakwalah
kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya
seseorang tidak akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu)
bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari
nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memberikan penjelasan tentang rizki ini dengan perumpamaan yang sangat mudah
dipahami, dan setiap orang hendaknya dapat mengambil pelajaran darinya. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ
تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ؛ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi kalian rizki sebagaimana Dia
memberikan rizki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang
dalam keadaan kenyang”
Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berjalan mencari maisyah (pekerjaan/usaha)
untuk mendapatkan rizki. Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ
وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dia-lah yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian
dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
[al-Mulk/67:15].
Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang
mengejarnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الرِّزْقَ
لَيَطْلُبُ الْعَبْدَ كَمَا يَطْلُبُهُ أَجَلُهُ.
“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang
hamba seperti ajal mengejarnya”
Ajal.
Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan makhluk,
mematikan, dan membangkitkannya kembali. Dan setiap makhluk tidak mengetahui
berapa jatah umurnya, juga tidak mengetahui kapan serta dimana akan dimatikan
oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا
كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ
وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ
الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan
mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur”. [ali ‘Imran/3:145]
Ajal makhluk Allah sudah
tercatat, tidak dapat dimajukan atau diundurkan. Allah Ta’ala berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ
أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا
يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal
(batas waktu); maka apabila telah datang waktu (ajal)nya, mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak dapat (pula) memajukannya”.
[al-A’raf/7: 34].
Amal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat
amal-amal setiap makhluk-Nya, baik dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk
Allah pasti akan beramal, amal baik atau pun amal buruk. Dan Allah dan
Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya untuk beramal baik. Celaka atau Bahagia.
Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini ialah, orang yang celaka dengan
dimasukkannya ke neraka. Sedangkan yang dimaksud “bahagia”, yaitu orang yang
sejahtera dengan dimasukkannya ke dalam surga. Hal ini telah tercatat sejak
manusia berusia 120 hari dan masih di dalam rahim, yaitu apakah ia akan menjadi
penghuni neraka atau ia akan menjadi penghuni surga. Akan tetapi, “celaka” dan
“bahagia” seorang hamba tergantung dari amalnya selama hidupnya. Tentang
keempat hal tersebut, tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya. Oleh
karenanya, tidak boleh bagi seseorang pun enggan untuk beramal shalih, dengan
alasan bahwa semuanya telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang
benar, bahwa Allah telah mentakdirkan akhir kehidupan setiap hamba, namun Dia
Yang Maha Bijaksana juga menjelaskan jalan-jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Sebagaimana Allah Yang Maha Pemurah telah mentakdirkan rizki bagi setiap
hamba-Nya, namun Dia juga memerintahkan hamba-Nya keluar untuk mencarinya.
Apabila ada yang bertanya, untuk apalagi kita beramal jika semuanya telah
tercatat (ditakdirkan)? Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjelaskan hal ini ketika menjawab pertanyaan Sahabat Suraqah bin Malik bin
Ju’syum Radhiyallahu ‘anhu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِعْمَلُوا فَكُلٌّ
مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ
فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ
الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ.
“Beramallah kalian, karena
semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa yang Allah ciptakan atasnya.
Adapun orang yang termasuk golongan orang-orang yang berbahagia, maka ia
dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang yang berbahagia. Dan adapun
orang yang termasuk golongan orang-orang yang celaka, maka ia dimudahkan untuk
beramal dengan amalan orang-orang yang celaka”
Orang yang beramal baik, maka Allah akan memudahkan
baginya untuk menuju surga. Begitu pun orang yang beramal keburukan, maka Allah
akan memudahkan baginya untuk menuju neraka. Hal ini menunjukkan tentang
kesempurnaan ilmu Allah, juga sempurnanya kekuasaan, qudrah dan iradah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Meskipun setiap
manusia telah ditentukan menjadi penghuni surga atau menjadi penghuni neraka,
namun setiap manusia tidak dapat bergantung kepada ketetapan ini, karena setiap
manusia tidak ada yang mengetahui apa-apa yang dicatat di Lauhul Mahfuzh.
Kewajiban setiap manusia adalah berusaha dan beramal kebaikan, serta banyak
memohon kepada Allah agar dimasukkan ke surga. Meskipun setiap manusia telah
ditakdirkan oleh Allah Ta’ala demikian, akan tetapi Allah tidak berbuat zhalim
terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا
فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ
لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal yang shalih, maka (pahala-nya) untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang
berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah
Rabb-mu menganiaya hamba-hamba(Nya)”. [Fushshilat/41:46].
Setiap manusia diberi oleh Allah
berupa keinginan, kehendak, dan kemampuan. Manusia tidak majbur (dipaksa oleh
Allah). Allah Ta’ala berfirman:
لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ
أَنْ يَسْتَقِيمَ﴿٢٨﴾وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ
“(Yaitu) bagi siapa di antara
kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki
(menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam”.
[at-Takwir/81 :28-29].
Orang yang ditakdirkan oleh Allah
untuk menuju surga, maka dia pun akan dimudahkan oleh Allah untuk melakukan
amalan-amalan shalih. Begitu juga orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk
menuju neraka, maka dia pun dimudahkan oleh Allah untuk melakukan amalan-amalan
kejahatan.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun
X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
Referensi:
https://almanhaj.or.id/12017-proses-penciptaan-manusia-dan-ditetapkannya-amalan-hamba.html
No comments:
Write komentar